Ayo Dongeng.! - Niswa Djupri

Breaking

Sabtu, 30 Oktober 2010

Ayo Dongeng.!

Oleh:
Mochamad Ariyo Faridh Zidni S.Hum

Disampaikan Pada Workshop Dongeng Ceria
Diselenggarakan oleh LPIM DSM Bali
Denpasar, 30 Oktober 2010
Aula DISDIKPORA BALI


MENDONGENG adalah sebuah media komunikasi yang baik untuk berbagi pengalaman, untuk berbagi cerita. Dalam MENDONGENG, gagasan, ide, idealisme, nilai, dan norma kehidupan suatu masyarakat disampaikan melalui sebuah keahlian narasi lisan.

Senjata Dalam Mendongeng:
1. Cerita
2. Suara
3. Mimik Wajah
4. Gerak Tubuh
5. Alat Bantu dan Kemampuan Lain

Kekuatan Mendongeng Bagi Anak:
• menanamkan nilai-nilai kehidupan
• membangun kemampuan literal
• sebagai rekaman sejarah
• pengembangan emosi, imajinasi, dan intimasi (kedekatan)
• menghibur

Teknik Mendongeng:
Bercerita dan Membacakan Cerita (Read A Loud)



"GUNAKAN HATI dan JUJUR dalam MENDONGENG"


Manfaat Mendongeng
Sebagai media untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan, mendongeng adalah “mengatakan tanpa mengatakan”, yaitu media untuk mendidik tanpa menggurui. Dalam mendengarkan dongeng, anak dapat menikmati sekaligus memahami nilai atau sifat apa yang terkandung, tanpa perlu diberi tahu secara eksplisit. Pendongeng hanya mendongengkan cerita tanpa perlu menekankan atau membahas tersendiri mengenai nilai moral yang terkandung didalam cerita dongeng tersebut. Inilah yang disebut sebagai transfer nilai-nilai dan etika secara halus kepada anak.

Tradisi mendongeng kemudian juga dapat mengembangkan kemampuan berbahasa anak (kosa kata, tata bahasa, kalimat, dan pengejaan). Mendongeng juga dapat merangsang dan membangkitkan anak untuk gemar membaca. Syaratnya, pendongeng (orang tua) harus bisa menggunakan buku sebagai sarana dan sumber kegiatan bercerita. Penggunaan buku sebagai sarana dan sumber kegiatan bercerita (dikenal dengan istilah read aloud) untuk mengembangkan kemampuan literal anak tentunya harus dilakukan dengan cara membacakan cerita sesuai dengan cerita yang tertulis di buku (dengan menggunakan tata bahasa yang baik dan benar), tunjukkan bagian-bagian yang sedang dibaca jika memungkinkan, kemudian juga dengan menunjukkan ekspresi wajah dan intonasi suara yang sesuai (tidak datar) sehingga mampu memperlihatkan bahwa membaca adalah sebuah kegiatan yang menarik dan menyenangkan.

Mendongeng juga berpengaruh terhadap kemampuan intelegensia anak. Sebagai contoh, anak mungkin mempunyai cerita favorit yang senang didengarnya berulang-ulang. Pendongeng mungkin akan merasa bosan untuk mengulang cerita yang sama. Namun, pengulangan cerita tersebut (repetisi) sangat berguna untuk melatih daya ingat, daya pikir, dan daya analisa anak. Bahkan mendongeng adalah dapat meningkatkan kemampuan matematika anak, karena melalui mendongeng anak juga melatih lebih konsentrasi melalui latih kemampuan mendengar anak.

Mendongeng juga dapat berupa kegiatan menceritakan sejarah keluarga, asal usul keluarga, cerita tentang anggota dekat keluarga atau leluhur (nenek moyang) keluarga atau komunitas/masyarakat. Cerita keluarga tersebut dapat berupa peristiwa, kebudayaan, atau tradisi, dan warisan nilai agama. Dongeng semacam ini dapat membantu anak untuk menempatkan dirinya secara individu sebagai bagian dari keluarga, komunitas, dan masyarakat serta membantu anak untuk membangun rasa memiliki (menjadi bagian/identitas diri) terhadap keluarga dan komunitasnya (masyarakat).

Melalui dongeng, anak juga dapat diperkenalkan dengan emosi, perasaan dan keadaan. Bahwa dengan dongeng, anak dapat menemui dan mengalami situasi yang sulit, bencana, petualangan, rasa marah, rasa bahagia dan rasa senang. Kesemua emosi, perasaan dan keadaan tersebut dapat diperkenalkan kepada anak (dialami) dalam daerah yang aman, yaitu dalam dunia dongeng (dunia imajinasi). Mengenal bentuk-bentuk emosi, perasaan dan keadaan itu tentunya akan sangat berguna bagi anak, sampai ketika anak tersebut besar nanti. Sehingga, dongeng atau cerita juga dapat bermanfaat untuk membantu anak menanggulangi masalah psikologis yang pernah dialami, atau yang nantinya harus dilalui hingga menjadi dewasa.

Kemudian juga, sehubungan dengan dunia dongeng sebagai dunia imajinasi. Anak bisa melakukan proses identifikasi melalui kegiatan dongeng, yaitu proses dimana anak ingin menjadikan dirinya sebagai orang lain atau sesuatu di luar dirinya yang akan diintegrasikan dalam dirinya atau dasar nilai yang diakui. Hal ini merupakan pemuasan terhadap kebutuhan akan ekspresi diri, yang dapat terjadi karena imajinasi anak yang berkembang dari dongeng yang didengarnya. Proses identifikasi ini juga merupakan salah satu sarana hiburan bagi anak.

Kedekatan juga akan tercipta antara pendongeng dengan anak yang didongengi pada saat kegiatan dongeng itu dilakukan. Melalui mendongeng terjadi semacam kegiatan membuka diri, berbagi perasaan dan nilai-nilai yang dianut untuk kemudian ditransfer ke anak. Hal ini identik dengan kegiatan berbagi cerita untuk menciptakan pengalaman bersama. Kedekatan inilah yang merupakan manfaat lebih dalam mendongeng. Kedekatan akan menciptakan komunikasi yang lancar, dan terbiasanya anak untuk bisa terbuka dalam berkomunikasi, akan lebih memudahkan anak mengekspresikan dirinya atau ide-ide ke dalam bentuk yang positif.

Dongeng juga dapat bertujuan hanya untuk menghibur anak-anak yang mendengarnya. Untuk dongeng dengan cerita yang lucu tersebut, tanpa perlu dipusingkan untuk membahas atau menekankan pada nilai moral yang terkandung di dalamnya, meski hanya bertujuan untuk menghibur anak yang mendengarkannya, namun hal tersebut sudah merupakan manfaat yang besar bagi anak.

Jadi, mari kita mendongeng. Pilihlah cerita yang terbaik untuk anak-anak. Baca dan berlatihlah terus demi untuk memberikan dongeng yang terbaik dengan cara terbaik yang menarik bagi anak. Pak Raden pernah menyatakan bahwa pada dasarnya tidak ada teknik mendongeng. Dalam mendongeng semua tergantung pada diri sendiri, yang penting memilih cerita yang menarik, bicara yang jelas, mengenali anak dan menjalin komunikasi batin, harus ada ekspresi, bahasa harus baik dan menyentuh perasaan anak.

Ingat ! Seperti yang sudah dijelaskan di awal, bahwa mendongeng tidak hanya dapat dilakukan dengan mengunakan suara saja ketika sedang menceritakan sesuatu (narasi secara lisan), namun juga dapat melibatkan gerak tubuh (bahasa tubuh), ekspresi wajah, dan alat bantu lain seperti buku, iringan musik (termasuk menggunakan alat musik), gambar, atau benda-benda apapun yang kita temui. Termasuk juga dapat melibatkan anak-anak untuk memerankan tokoh (tokoh orang, hewan, atau benda) yang ada dalam cerita dongeng tersebut.

Kita sendiri akan mengetahui apakah cerita yang akan kita sampaikan baik untuk anak atau tidak, kita sendiri akan mengetahui apakah anak merasa nyaman dan menikmati dongeng yang sedang kita sampaikan, dan kita sendiri akan merasakan kepuasan ketika melihat anak tertawa dengan dongeng yang lucu, terdiam tegang ketika mendengar cerita petualangan, atau hanya tersenyum ceria dan meminta didongengkan lagi. Jadi, ayo dongeng !