Pengemis di Denpasar Bali - Niswa Djupri

Breaking

Selasa, 26 Oktober 2010

Pengemis di Denpasar Bali

Kian marak pengemis jalanan di Denpasar. Hampir di setiap perempatan jalan mudah sekali kita jumpai. Uniknya pelakunya sebagian besar anak-anak, yang seharusnya mereka belajar atau sekolah seperti layaknya anak-anak seusianya, tanpa harus mencari uang untuk tetap bertahan hidup.

Masa depan Bangsa dan Negara Indonesia terletak di tangan generasi penerus. Keberadaan fenomena tersebut seandainya dibiarkan terus, akan membawa dampak terhadap kualitas SDM yang rendah, dan lebih yang mengerikan akan berpengaruh pada kondisi negara kita kini maupun dimasa mendatang. Di balik aksinya sebagai pengemis ternyata, banyak bermacam alasan mengapa mereka melakukan hal tersebut. Pengakuan mereka berfariasi, di antaranya untuk membayar sekolah, membantu orang tua, dan bahkan yang lebih mengenaskan karena ada tekanan pihak lain.

Masalah pengemis memang sangat pelik, hal ini tidak bisa dipandang dalam satu sudut. Jelasnya fenomena pengemis yang selalu terjadi di setiap kota-kota besar, khususnya di Denpasar selalu membawa masalah, karena mengganggu ketertiban umum, pengguna jalan raya merasa terganggu dengan adanya sekelompok pengemis anak-anak di setiap persimpangan jalan, hingga ternganggunya ketertiban masyarakat di antaranya aksi pengemis di pasar-pasar maupun di rumah-rumah penduduk.


A. Korelasi Pengemis dan Jati Diri Bangsa
Ada korelasi pengemis dan jati diri bangsa, karena jati diri sebuah bangsa tercermin dari warga negara bangsa itu sendiri. Jadi apabila mayoritas dari warga negara tersebut adalah pengemis maka bangsa itu memiliki Jati diri yang kurang baik di mata dunia. Tentu keduanya punya hubungan yang saling terkait. Pengemis bisa dikatakan kegiatan yang dilarang oleh agama. Bagaimanapun juga tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Dan kita harus menghindari semaksimal mungkin kegiatan mengemis ini demi mengembalikan Jati Diri Bangsa.Untuk membatasi perilaku mengemis, masyarakat juga ikut diimbau untuk tidak memberikan sedekah sembarangan. Jika ingin bersedekah, masyarakat diminta untuk menyalurkannya ke orang yang pantas menerimanya. Masyarakat seharusnya memberikan ke tangan yang tepat, karena arti sedekah adalah memberikan sesuatu yang patut kepada orang yang pantas menerimanya. Itulah arti sedekah.

Pustaka: http://khaystudio.comluv.com/2009/10/22/pengemis-dan-jati-diri-bangsa/



B. Korelasi Terhadap Hak Asasi Manusia
Kehidupan masyarakat bangsa ini yang tidak dan merata membuat sebagian masyarakat memilih profesi sebagai pengemis. Terlepas tidaknya mereka dari orang-orang yang mengorganisasi mereka, pekerjaan tersebut tidak akan mereka lakukan andai lapangan pekerjaan tersedia untuk anak bangsa Indonesia.

Peraturan dibuat untuk kepentingan bersama dan untuk ketertiban masyarakat. Jika pengemis meresahkan masyarakat, saya rasa adil untuk menangkap mereka selama ada dasar hukum yang jelas. Hanya saja pemerintah harus punya moral dan memikirkan solusi yang terbaik untuk pengemis tersebut sesuai dengan visi pemerintah mengurangi kemiskinan dan amanah dari UUD 1945 pasal 34 ayat 1. Dan menurut kami juga, sebenarnya Pemda juga melanggar HAM dengan perda larangan memberikan uang bagi pengemis.

Menangkap pengemis jangan dilihat dari adil atau tidak adil. Lebih baik pakai pendekatan hukum. Masalah ini berkaitan dengan budaya sosial juga. Beberapa pengamatan melihat bahwa pengemis di kota besar ternyata punya penghasilan yang lebih baik dari pegawai negeri rendahan, dan ini lebih berkaitan dengan mental. Pengamatan tersebut memang benar, tetapi dengan adanya pengemis berarti menunjukkan ketidakbecusan Negara, karena fungsi Negara adalah mensejahterakan dan memakmurkan rakyatnya sesuai dengan UUD 1945 pasal 34 ayat 1. Pengemis hanya produk, yang salah adalah ideologi yang menciptakan sistem. Produk tidak bisa disalahkan, pembuatannyalah yang harus dicarikan solusi.

Sebaiknya pengemis itu diberantas dengan memaksa mereka bekerja di tempat/proyek tertentu. Sehingga para pengemis ini memiliki jati diri yang lebih baik bagi bangsanya dan Hak asasi manusia bagi mereka juga terpenuhi. Jika itu disosialisasikan dengan baik sekaligus pembekalan dalam agama, psikologi, dan ketrampilan, pasti pengemis juga setuju dengan program itu. Yang buat pengemis jengkel adalah pemaksaan dengan kekerasan satpol PP dan tidak ada kejelasan dari pemerintah menyangkut hidup mereka selanjutnya.

Pustaka: http://khaystudio.comluv.com/tag/pengemis/


C. Upaya Pemerintah Daerah Terhadap Masalah Pengemis di Denpasar. Serta Solusi yang Dapat Saya Berikan Untuk Mengatasi Masalah Pengemis di Kota denpasar. (Sedangkan Saya Saat Ini Sebagai Mahasiswa STIKOM Bali)

Sejauh ini, upaya dari pemerintah daerah Bali, khususnya di Denpasar, sudah sangat bagus kalau dibandingkan dengan kota-kota lain di Jawa seperti Jakarta, Surabaya, dan lainnya. Pemerintah membuat peraturan, bagi mereka yang memberi sedekah kepada pengemis maka mereka akan dikenakan sanksi. Tetapi saya juga cukup kecewa, karena Pemda melarang memberikan sedekah kepada pengemis yang sebenarnya itu juga sebagian dari pelanggaran HAM, dan di satu sisi pengemis-pengemis tersebut tidak diberikan bantuan sosial.

Sedangkan solusi yang mungkin bisa saya lakukan sebagai mahasiswa adalah mahasiswa bisa memberikan kursus ketrampilan kepada mereka, mengumpulkan dana untuk memulai usaha, dan memberikan pendidikan. Selain itu, mahasiswa bisa melakukan sesuatu di bidang keilmuannya. Bisa juga mengadakan seminar tentang cara-cara bagaimana memakmurkan pengemis.


D. Peran Wawasan Nusantara Terhadap Kasus di Atas Jika Dikaitkan Dengan Kondisi Bali Sebagai Salah Satu Tujuan Wisata Internasional

Wawasan Nusantara yang merupakan geopolitik Indonesia didefinisikan sebagai cara pandang dan sikap bangsa Indonesia tentang dirinya yang bhineka, dan lingkungan geografinya yang berwujud negara kepulauan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Tujuannya adalah untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan segenap aspek kehidupan nasional dan turut serta menciptakan dalam ketertiban dan perdamaian dunia.Wawasan Nusantara berperan untuk:1. Mewujudkan serta memelihara persatuan dan kesatuan yang serasi dan selaras, segenap aspek kehidupan nasional.2. Menumbuhkan rasa tanggung jawab atau pemanfaatan lingkungannya.3. Menegakkan kekuasaan guna melindungi kepentingan nasional.4. Merentang hubungan internasional dalam upaya ikut menegakkan perdamaian.

Bali memang tujuan internasional. Pemda berupaya seperti itu juga demi menyelamatkan Indonesia di mata orang-orang Internasional yang bertujuan ke Bali. Namun dalam hal di atas, maka apa yang dilakukan pemda untuk melindungi kepentingan nasional memang ada dalam peran wawasan nusantara yaitu salah satunya adalah terbebas dari pengemis, akan tetapi apakah cara mereka sesuai dengan UUD 1945 pasal 34 ayat 1 dan HAM? Sedangkan kita tau sendiri bahwa Pemda melarang memberikan sedekah kepada pengemis, dan di satu sisi pengemis-pengemis tersebut tidak diberikan bantuan sosial. Selain itu, pemaksaan dengan kekerasan satpol PP dan tidak ada kejelasan dari pemerintah menyangkut hidup mereka selanjutnya.

Pustaka: http://www.cml.ui.ac.id/RDM/2008_GASAL/UUI11001/1_5_1/FE_A_/HG_5



E. Pendapat Saya Tentang Penyataan Bahwa Kasus di Atas Dapat Menghambat Pembangunan Demokrasi di Indonesia

Demokrasi, inti ideologinya adalah kebebasan dalam segala hal, dan salah satu programnya adalah globalisasi. Kebebasan termasuk kebebasan ekonomi yang cenderung hanya milik si kaya. Yang kaya makin kaya, yang miskin ya mati.

Penyebab kemiskinan di Indonesia bukanlah kurangnya sumber daya alam, melainkan karena faktor non-alamiah, yaitu kesalahan dalam kebijakan ekonomi. Khusus pada era Orde Baru, kelompok-kelompok usaha yang telah memiliki sistem manajemen modern dengan jaringan koneksi internasional yang sudah cukup baik dapat memanfaatkan situasi yang tercipta dengan lebih baik karena telah lebih siap secara teknis. Tugas yang diberikan kepada kelompok-kelompok usaha tersebut adalah memperbesar kue ekonomi yang kecil untuk kemudian dapat dilakukan pemerataan dalam pola trickle-down effect. Dalam perkembangannya, pertumbuhan untuk pemerataan tidak terjadi dengan mulus, bahkan kesenjangan sosial-ekonomi makin dirasakan melebar.

Bagaimana menerangkan bangunan ekonomi Indonesia dengan fenomena kemiskinan di dalamnya? Ketika angka kemiskinan menunjukkan tingkat terendah, justru tak lama setelah itu terjadi krisis ekonomi yang dahsyat, yang ternyata tak segera bisa diatasi. Dampak dari krisis tersebut masih terasa dan terlihat sampai sekarang. Para pengemis ini beroperasi dalam berbagai cara. Banyak yang menjadi pengamen dadakan, penodong di bis kota dan di persimpangan-persimpangan jalan raya, dan lain-lain. Situasi pada saat ini sudah menjadi lebih baik, namun jumlah pengemis yang beroperasi di masyarakat belum kembali ke keadaan sebelum krisis.

Akar kemiskinan di Indonesia tidak hanya harus dicari dalam budaya malas bekerja keras. Keseluruhan situasi yang menyebabkan seseorang tidak dapat melaksanakan kegiatan produktifnya secara penuh harus diperhitungkan. Faktor-faktor kemiskinan adalah gabungan antara faktor internal dan faktor eksternal. Kebijakan pembangunan yang keliru termasuk dalam faktor eksternal. Korupsi yang menyebabkan berkurangnya alokasi anggaran untuk suatu kegiatan pembangunan bagi kesejahteraan masyarakat miskin juga termasuk faktor eksternal.

Pustaka: http://www.facebook.com/topic.php?uid=114216969008&topic=12286