Sekelumit Cerita Antara Bule dan Sopir Angkot - Niswa Djupri

Breaking

Selasa, 15 Juni 2010

Sekelumit Cerita Antara Bule dan Sopir Angkot

Bali dikenal dipelosok dunia sebagai lokasi wisata internasional, hampir setiap orang tahu. Sebagai tempat wisata banyak didatangi turis asing untuk menikmati wisata budaya maupun wisata alamnya. Suatu ketika terjadi peristiwa yang unik di sepanjang terminal Ubung hingga Jalan Gajah Mada, Denpasar.

Kejadian secara kebetulan di angkutan kota yang terisi beberapa penumpang lokal, lalu tiba-tiba angkutan kota yang menuju ke Terminal Tegal Sari berhenti di depan SMK Negeri 1. Penumpang di dalam angkutan kota tersebut melongok dari jendela kaca, ternyata yang dilihat seorang bule (untuk menyebutkan turis asing, orang kulit putih).

Sepontan ketika si Bule tersebut naik angkutan si sopir angkot menyambut dengan kata-kata “antosang bojoke kar menek” (nanti dulu monyetnya mau naik), dan si Bule tersebut diam saja.
Di sekitar jalan Gajah Mada tepatnya di depan Pasar Kumbasari, si Bule tersebut kemudian meminta si Sopir untuk menghentikan angkotnya dan berkata “Sugra, alon-alon bojoke kar tuwun” (Maaf, pelan-pelan monyetnya mau turun).

Kontan beberapa penumpang di dalam bemo yang akan melanjutkan ke Terminal Tegal Sari tersenyum bahkan ada beberapa orang terbahak, ternyata orang bule tersebut mampu berbahasa Bali.


==============================================================

Dari cerita di atas, kami akan membahas beberapa hal yang terkait dalam bab ragam bahasa. Di antaranya;
 Pendapat kami mengenai cerita tersebut.
 Bahasa bukan warisan biologi.
 Bahasa mencerminkan harga diri seseorang.
 Fungsi bahasa dalam kehidupan sehari-hari.
 Hakikat bahwa daerah wisata menjadi tempat pertemuan berbagai bahasa.
 Perbedaan antara idiolek, dialek, kronolek, dan Sosiolek.
 Pengamatan terhadap ragam bahasa dan dialek yang ada di kampus, pasar, dan kantor. Beserta kesimulannya.
 Beberapa contoh bahasa dialek ‘gaul’.
 Keragaman dialek dan bahasa yang ada di lingkungan STIKOM Bali, dan sikap saling menghargai terhadap keragaman.
 Contoh perkembangan dialek yang membaik dan memburuk.
=============================================================

Perlakukan sopir bemo tersebut sangatlah tidak sopan karena kita tidak boleh semena-mena menghina atau berkata kasar terhadap orang lain meskipun kita menganggap bahwa orang tersebut tidak mengerti bahasa kita, dengan melihat kejadian di atas seharusnya kita malu sebagai warga Negara Indonesia yang dikenal santun dan ramah di mata dunia. Maka dari itu, sebagai warna Negara yang baik kita harus menjunjung tinggi nilai hak asasi manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan, keturunan, warna kulit, jabatan, dan lainnya, karena setiap orang memiliki hak untuk tidak dihina dan hak untuk menuntut ketika merasa dilecehkan.

Bahasa adalah salah satunya warisan leluhur dan juga warisan biologi. Mengapa seperti itu? Bahasa adalah Mahkota "Language is Crown", kehormatan kita tetap terjaga utuh maka buatlah sistem pembelajaran dan sistem penerapan. Sehingga anak cucu dapat mewarisi bahasa yang kita pakai sekarang.

Kami setuju bahwa bahasa mencerminkan harga diri seseorang dan bangsa, karena sikap atau pribadi seseorang bisa dicerminkan dari ucapan atau tutur katanya. Misalnya orang yang bertutur kata kasar atau tidak sopan mencerminkan orang tersebut memiliki kepribadian yang sama kasarnya dengan tutur katanya tersebut dan begitu pula sebaliknya. Itu bisa dibuktikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita bisa melihat dan mengamati, seandainya saja ada sebagian kecil warga negara yang berkata kasar dan meremehkan atau menghina orang asing walaupun itu masalah sepele, pasti negara itu dicap sebagai negara yang tidak menghargai HAM, karena setiap warga negara itu memiliki hak untuk tidak dilecehkan atau dihina, dan itu semua telah diatur dalam undang-undang. Dari pernyataan di atas, kita bisa menarik kesimpulan bahwa bahasa mencerminkan kepribadian atau harga diri seseorang dan bangsa.

Sedangkan fungsi bahasa dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut;
a. Bahasa sebagai media untuk berkomunikasi.
b. Bahasa merupakan salah satu unsur pemersatu bangsa.
c. Bahasa merupakan ciri suatu bangsa.
d. Bahasa sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial.
e. Bahasa sebagai media untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari mewujudkan seni sastra mempelajari naskah-naskah kuno untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.

Itulah beberapa fungsi bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Pembahasan selanjutnya yaitu mengenai hakikat bahwa daerah wisata menjadi tempat pertemuan berbagai bahasa.

Seperti yang kita ketahui suatu daerah wisata mempunyai daya tariknya masing-masing, di mana akan mengundang wisatawan untuk mengunjunginya baik dalam maupun luar negeri, sehingga terjadi pertemuan banyak kebudayaan disana terutama bahasa yang digunakan, di mana nantinya tempat wisata menjadi suatu tempat berbaurnya ragam bahasa sehingga akan terjadi pertukaran bahasa antara penduduk lokal dengan wisatawan asing.

Selain itu, Bali juga memungkinkan memicu terjadinya pelanggaran-pelanggaran HAM. Ini disebabkan karena wisata merupakan tempat berkumpul atau bertemunya orang-orang dari berbagai daerah atau negara yang memiliki kepribadian dan budaya yang berbeda, sehingga dengan perbedaan-perbedaan tersebut sangatlah mungkin terjadinya pelanggaran HAM.

Jenis-jenis bahasa didasarkan pada beberapa hal. Salah satunya berdasarkan pengucapannya. Ada 4 jenis bahasa berdasarkan pengucapannya, yaitu dialek, ideolek, kronolek, dan sosiolek.
Dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif dan berada pada suatu tempat, wilayah atau area tertentu. Variasi ini lazim disebut dialek area, dialek regional, atau dialek geografis, karena didasarkanpada suatu wilayah atau area.

Ideolek adalah variasi bahasa yang pertama kali kita lihat berdasarkan penuturnya di mana variasi idiolek berkenaan dengan warna suara, pilihan kata, gaya bahasa, dan susunan kalimat. Dan kronolek adalah variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu.

Yang terakhir yaitu Sosiolek. Sosiolek adalah variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial penuturnya. Variasi jenis ini biasanya menyangkut masalah pribadi penuturnya, seperti usia, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, dan keadaan sosial ekonomi. Misalnya, berdasarkan perbedaan usia, kita bisa melihat perbedaan variasi bahasa yang digunakan oleh anak-anak, para remaja, orang dewasa, dan orang-orang tergolong lanjut usia.

Beberapa hari yang lalu kami mengamati bahasa dan dialek orang-orang yang beraktivitas di kampus, pasar, dan kantor. Kami melihat bahwa ragam bahasa dan dialek yang ada di kampus, pasar dan kantor sangat lah beraneka ragam karena ada orang yang dari berbagai daerah, karena ragam bahas dan dialek dari berbagai daerah berbeda-beda. Dan kami dapat menyimpulkan bahwa ragam bahasa dan dialek di lain daerah belum tentu sama dengan ragam bahasa dan dialek yang di daerah kita masing-masing, dan kita harus menghormati ragam bahasa dan dialek orang lain. Sesuai dengan makna Bhineka Tunggal Ika, walaupun terbagi atas bermacam-macam ragam bahasa daerah dan dialek namun tetap satu bahasa resmi yaitu bahasa Indonesia.

Pengamatan kami tidak hanya pada kampus, pasar, dan kantor saja. Namun kami juga melakukan pengamatan pada media televisi, radio, dan media cetak, serta pada orang-orang yang berada di sekitar kami. Hasilnya, kami menemukan beberapa contoh bahasa gaul. Bahasa gaul yang biasa kami temukan yaitu "elu-gue", yang artinya aku-kamu. "Brow" yang artinya teman. "Jomblo" yang artinya belum punya pasangan atau belum punya pacar. "Playboy" yang artinya pria yang suka ganti-ganti pasangan atau pacar.

Di STIKOM Bali sendiri, keragaman dialek dan bahasa juga sangat beragam. Ini dikarenakan karena STIKOM Bali merupakan kampus IT terbaik yang ada di pulau Bali. Setiap tahun STIKOM Bali selalu menjadi pilihan yang banyak diminati oleh calon mahasiswa baru. Apalagi kalau dilihat dari letaknya sangat strategis di kawasan pusat pemerintahan propinsi Bali yang terkenal sebagai pulau wisata internasional, sehingga tidak sedikit penduduk pendatang yang datang dari segala penjuru nusantara bahkan luar negeri yaitu Timor Leste untuk mengadu nasib dan mengais rejeki maupun untuk melanjutkan belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Kemajemukan dan perbedaan bahasa yang terjadi di antara mahasiswa dalam proses belajar mengajar bukan menjadi kendala dalam hal berkomunikasi, karena dengan menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan kita dapat berkomunikasi, saling memahami satu dengan yang lainnya.

Sebagai mahkluk sosial memerlukan orang lain dalam kehidupan sehari-hari, dan komunikasi mempunyai peran yang sangat penting dalam bersosialisasi. Agar terbina sikap saling menghargai, menghormati, memahami dan bekerja sama dalam kehidupan bermasyarakat maupun proses belajar mengajar.

Selain hal yang tersebut di atas, kami juga menemukan beberapa contoh perkembangan dialek yang membaik dan yang memburuk. Salah satu contoh perkembangan dialek yang membaik adalah;
• Diangkat dan diakuinya bahasa dan dialek Sunda kota Bandung sebagai bahasa Sunda baku dan bahasa sekolah di Jawa Barat.
• Bahasa Jawa kota Surakarta sebagai bahasa baku Jawa dan bahasa sekolah di Jawa Tengah.
Dan contoh perkembangan dialek yang memburuk adalah;
• Lenyapnya bahasa dan dialek Sunda di kampung Legok Indramayu, yang sekarang hanya dapat menggunakan bahasa Jawa Cirebonan.

~ End ~