Bisa Jadi, Pembully Pertama Seorang Siswa Adalah Gurunya Sendiri - Niswa Djupri

Breaking

Sabtu, 22 Juli 2017

Bisa Jadi, Pembully Pertama Seorang Siswa Adalah Gurunya Sendiri





Ditulis oleh :

Niswa Djupri
(Niswatul Ma'rifah, S.Kom., CHt)


   


Bullying, tindakan merendahkan dan menyakiti orang lain dengan sengaja, telah menjadi perhatian serius dalam dunia pendidikan. Sayangnya, tak jarang pembully pertama kali berasal dari lingkungan yang seharusnya memberikan pendidikan dan bimbingan: guru. Meskipun mungkin dilakukan dengan niat bercanda, bullying oleh guru bisa memiliki dampak jangka panjang yang merusak bagi perkembangan dan kesejahteraan siswa.

Barbara Coloroso, seorang pakar internasional dalam bidang pengasuhan anak dan pendidikan, telah mengidentifikasi empat bentuk bullying yang umum terjadi: verbal, fisik, elektronik, dan relasional. Bullying verbal melibatkan ejekan, sindiran, atau penertawaan yang bisa merusak harga diri seseorang. Jika seorang guru melakukan bullying verbal di depan teman-teman sekelas, ini bisa menjadi contoh bagi teman-teman untuk melakukan hal serupa, yang kemudian berkembang menjadi tindakan lebih merusak seperti bullying fisik, elektronik, atau relasional.

Bullying fisik melibatkan tindakan kekerasan fisik seperti memukul, menampar, atau meludahi. Sementara itu, bullying elektronik terjadi melalui media seperti media sosial, email, dan pesan teks. Jenis bullying lainnya adalah bullying relasional, yang melibatkan pelemahan harga diri dan pengucilan. Ini adalah bentuk bullying yang sulit dideteksi karena tidak selalu bersifat fisik.

Tugas seorang guru tidak hanya memberikan pendidikan akademis, tetapi juga membentuk karakter dan perilaku positif siswa. Karena itu, penting bagi para guru untuk berhati-hati dalam tindakannya dan memberikan motivasi kepada siswa. Tindakan yang tidak tepat bisa berdampak fatal bagi siswa, karena mereka cenderung mencontoh apa yang mereka lihat dari guru mereka, terutama dalam lingkungan kelas.

Jika seorang siswa merasa dibully atau menyaksikan temannya mengalami bullying, penting bagi mereka untuk segera melaporkannya kepada wali kelas, guru BK, atau guru lain yang mereka percayai. Tanggung jawab ini juga berlaku untuk guru dan staf sekolah. Mereka harus memahami tanda-tanda bullying dan merespon dengan cepat terhadap masalah yang timbul, baik itu terkait dengan siswa, rekan sekelas, atau situasi di sekolah.

Untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan mendukung, diperlukan kerjasama dari semua pihak. Pihak sekolah, guru, siswa, dan orang tua harus berperan aktif dalam mencegah dan mengatasi bullying. Diskusi dan forum tentang bullying serta solusinya dapat membantu mengedukasi dan membuka ruang untuk berbagi pengalaman serta strategi penanganan.

Bagaimana pendapat Anda mengenai peran guru dalam mencegah bullying di lingkungan pendidikan? Apa yang dapat dilakukan oleh guru, siswa, dan pihak sekolah untuk menciptakan lingkungan belajar yang bebas dari bullying? Silakan berikan pandangan Anda di kolom komentar di bawah.